Ku adalah anak sebuah universitas negeri yang ada didaerahku. Ku bukan ana orang berada atupun mampu sekalipun, ya kerena ku anak orang dibawah rata2 mungkin. Sangat biasa untuk kalangan anak orang yang tak punya.
Semua hasil yang aku dapatkan adalah hasil kerja kerasku selama ini ya itu karena prestasiku yng mungin membuatku bisa terlihat sejajar dengan anak2 lain,. Semua biaya kuliahku adalah hasil beasiswa yang kuraih dengan semangat kerja keras yang sangat tinggi.
Ku punya kebiasaan buruk yang membuatku seperti ini setiap hari kubuang waktuku untuk membaca buku di perpusatakan kamus, kebiasaan ini ku jalani dari semenjak aku SD sampai sekarang tak ada yang aneh bila anak2 kampus memanggilku si kutu buku.
Tak hanya itu ku juga harus membantu ibuku jualan tiap pagi sebelum aku berangkat ke kampus, ya kerena itu buat biaya makan kami sehari2. Ayahku hanya seorang buruh yang tek tentu kerjanya, jangankan buat biaya kuliah buat makanpun belum tentu adanya. Ya aku sangat sibuk dengan rutinitas sehari2 yang kadang2 membosankan tapi ku jalani dengan penuh kesadaran dan penuh harapan aku bisa tetepa mencari ilmu sampai setinggi langit, walau tersadar biaya adalah kendala dari semuanya.
Tak ada waktu buat teman2 dan tetanggaku bahkan ku tak menghapal setiap temanku aku tak ppernah tau siapa mereka walaupun meraka sangat menganalku, ku yakin mereka mengaenalku karena aku adalah anak yang cukup lumayan dalam prestesiku.ya taulah setidak2nya setiap tugas yang diberikan dosen selalu mencontek punya ku.
Suatu hari ku memutuskan untuk pulang lebih dini karena sangat capek dan te enak badan, tak ada konsentrasi dan tak ada semangat mungkin aku sakit atau apalah aku tak mengerti. Jarak kampus kerumah lumayan jauh ya 1KM itu jarak yang harus aku tempuh setiap hari untuk ku mencari ilmu, mungkin karena kebiasaan juga akhirnya aku menjadi tebiasa dan tak mempermasalahkan.
Jketika aku meu menyebrang jalan ada motor yang jalan dengan sangat jkencang hampir manyaremprt aku mungkin menabrakku tapi untungnya ada yang menyalamatkanku dan menarik tanganku dari belakang, ku teriak aw... dan ku melihat ada seorang gadis seumuranku ya umurnya kira2 20 tahun.
“Teriam kasih” ujarku manis, dia tak menjawab, “terimakasih ujarku sekali lagi masih saja tak menjawab hanya tersanyum simpul ya sangat manis. Diapun pergimaninggalkan aku dan akupun tak mau banyak tanya kenapa dia tak menjawab kata2ku, dalam anganku mungkin dia bisu, kami meningalkan tempat itu barlawanan arah, sesekali ku menorah ke belakang melihat langkahnya dia yang sedikit agak tenang. Sayangnya ku tak bisa berkanalan dengan dia langsung. Ada sesal yang tersa karena ku tak tau nma orang yang telah enyalamtkan aku har ini.
Ahh... hari ini taramat lelah, setelah beres2 rumah dan menjalankan shalat isya ku membaringkan tubuh diranjang tak ada fikiran yang mengganggu hingga kau langsung terlelap tidur.
Ada keributan yang terjadi diluar pasnya sangat dekat kurasakan dengan kamarku. Ku membuka mata dengan keadaan tak sadrkan diri. Ku keluar rumah melihat keributan yang terjadi, tarnyata pos ronda yang ada didekatku kabakaran. Orang2 pada rame memadamkan api yang semakin besar dan taut menghinggapi rumah2 warga.
Terkujut ku melihat ada seseorang yang ada didekatku... ternyata dia adalah orang yang enyelamatkanku tadi siang. Dia tak berbicara hanya tersenyum simpul mans sekali buatku. Ku bals senyumannya itu dengan sedikit aroma hangat sambutan dari hatiku Hai ujarku..
dia mengakaj aku berjabat tangan ku sapa dengan jabatan tangan yang sangat lembut “aini” jawabku sambil tersenyum malu, nama kamu siapa?? “lila” terima kasih buat tadi siang,tetep tak ada jawaban hanya tesenyum saja. Tak aneh buatku.
Setelah itupun ku kembali kermah dengan rasa yang sedikit tenang karena ku sudah tau nama dia. Ya seperti tak ada hutang walaupun yang pasti ku snagat senag dengan dia mau barjabat tangan dan berkenalan.
Ada keanehan yang terjasdi dengan senyumannya itu padahal dia bisa bicara tapi kenapa dia tak mau bicara denganku?
Beberapa hari tak aneh dengan kabisaanku dikampus ya setelah selesai kuliah ku meluangkan waktu2ku dengan berada diperpustakaan, tiba2 ada yang datang dan menyapaku lembut Hai... dan dias beerkata boleh aku duduk?
Tentu jawabu girang... lila kamu kemana aja?? aku merindukanmu.. kamu kuliah disini apa?
Dia menganggukan kepala dan bilang ya.. aku ta mau banyak tanya lagi karena ku lihat dia seperti akan menulis sesuatu
yang aku lihat dia menulis disebuah kertas barwarna abu2 dengan tinta berwarna merah. Setelah dia menulis dia meninggakankudengan meninggalkan kertas yang tadi dia tulisi itu..
edikit rasa penasaran ku mengintip dia menulis apa. Tak mau aku baca ku mau kembalikan ketika ku melihat ke arah belakang ternyata dia sudah tak ada.
Membuang rasa penasaranku akhirnya ku baca.
“ ku harap daun itu tak akan jatuh, jangan melihat apa yang kau lihat tapi lihat apa yang dirasakan. Kau tak sendiri dilautan. Masih ada karang yang akan menemanimu. Jangan hanya terlihat sebagai ombak penghancur tapi lihatlah kau sebagai pembari kehidupan dan pendamai bagi yang mumbutuhkan”.
Ku tau itu buatku lalau kusimpan kertas abu2 itu diantara tulisan2 diariku.
Tak percaya ada yang pedulu kepadaku, bahkan dia tak hanya peduli tapi dia benar2 ada buatku karena ku merasakan dia memang ada buatku.
Sekarang setiap hari ku bertemu dia setiap hari dia seperti menemaniku, selalu ada cerita baru dan selalu ada spirit buatku yang membauttku selalu mengenlanya lebih dekat dan kedekatanku ini tak ada celah. Akau seperti jiwanya dan jiwanya seperti jiwaku sangat dekat dan salaing bergantung.
Ku sangat bahagia karena ku marasakan ada yang sangat dekat dengan ku ya dialah sahabatku.
10 bulan ku berteman tapi tak pernah ku bertanya kepada dia dari mana asal dia dia dan dimana dia tinggal?
Buatku tak pernah jadi masalah. Walau dalam benak selalu tertanya siapa dia sebanarnya?
Pada hari itu ku tak melihat dia diperpustakaan tak ada dia sangat sepi mataku tertuju pada dia dan mencari2 dia terus. 1Jam ku menunggu tetap tak ada. Akhirnya ku memutuskan untuk mencari2 buku ya itung2 sembari menunggu dia.
Di tumpukan2 buku2 tebal berbahasa asing ku melihat ada secarik koran yang sudah usnag dimakan waktuku baca sekilas koran itu berjudul kematian seseorang penulis. Seperinya tertarik untuk ku baca dan ku bawa ke tempat duduk lalau ku tercengang melihat gambar dikoran itu, ya karena aku sudah tak asing lagi dengan wajah itudia adalah Lila, dia adlah mahasiswi kampusku yang ditabrak lari setelah novel pertamanya diterbitkan. Sebuah novel yang berjudul Bunga Yang Menangis.
Seperti tak percaya seorang yang bernama Syahra lili telah mati ya dia yang aku tau pernah menerbitka sebuah buku dan buku itu dipersembahkan buat kampus ini. oh.. darahku mengalir sangat keras ada rasa tak percaya dan ada rasa sedih karena dia berbeda denganku ya ketakutanku karena aku mungkin tak akan bertemu dia lagi.
Ku putuskan untuk menemui bagian data mahasiswa untuk menanyakan dimana alamt lila dan sore itupun ku bertujuan untuk pergi, namun karena waktu yang tak memungkinkan untu berkunjung akhirnya u putuskan pagi2 sekali ku akan menemui dia.
Malam ini ku tertidur sangat larut kaerna kau terlalu memikirkan sahabat kecilku itu. Dengan membayang kan kenangan2 yang terjadi akhirnya mataku tertutup juga
ku bermimpi dia datang memelukku sangat erat dan bilang “kita berdeda tapi sebenarnya kita sama”
setelah dia memelukku dia memberikan sebuah buku, buku yang dia ciptaan yang berjudul “Bunga Yang Menangis”.
Pagipun tiba ternyata aku cuma mimpi. Tapi aku tercengang melihat apa yang bisa aku lihat ya ada sebuah buku pemberian dri lila mungin benar dia semalam datang ah rasa tak percaya dan sangat tak percaya.
Ku putuskan pagi2 sekali untuk langsung kerumahnya, setelah sampai rumahnya tanpa basa basi ku langsung bartanya pada orang rumah diamna pemakaman lila.
Orang rumah kaget melihat aku namun ku bilang aku adalah temannya SMA namun karena tinggal diluar kota jadi aku tak tau apa yang terjadi. Akhirnya aku mendapatkan tempat peristirahatan sahabatku iti.
Tergegas aku perg ke tempat itu tak lama kemudian aku smpai kepemakaman Lila dari pintu masuk langsung ku melihat pemakaman yang bertulisakn Syahra Lila di sebuah batu nisan. Ku duduk melihat nama di atas nisan tersebut. Tak tahan dengan air mata akhirnya ku putuskan mengis terlebih dahulu. Denag terbata2 ku berkata pada nisan “ Lila buatku kau temanku bahkan kau sahabatku yang sudah ku anggap saudaraku sendiri.aku mencintaimu, aku snagt menyayangimu aku juga membutuhkanmu. Tapi kau memang berbeda denganku walau begitu tak membuatku merasa takut. Lila bahagialah diasana kau akan tetep menjadi temanku ya teman sunyiku dan kau teman dilautanku”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar