persainganpun tersakan ketika melangkah kaki ini keluar rumah
seperti tak ada jalan lain.
bahkan unyuk melirik mata ini harus yakin
tak mau banyak kata
ku hanya mencoba berjalan lagi
menemukan apa yang tak ditemukan sebelumnya
walau halangan terbesar adalah kepenatan
siapa yang mau tau tentang kita?
tak ada bahkan mungkin hanya diri kita yang peduli
walau akhirnya juga kita akan ditinngalkan pada keinginan sendiri
dengan mimpi lainnya
13/08/10
06/05/10
karena dia
Aku tak pernah menyangka semuanya terjadi semudah ini. Tak pernah terbayangkan pula aku akan mengalami hidup dengan sangat gampang dengan semuanya berasal dari nurani. Siapa tak menyangka keinginan besar terkabul seperti membangun impian yang dikehendaki. Ya dia adalah orang yang menata hidupku seperti mimpi yang sempurna, aku tak pernah tau rahasia Tuhan yang seperti apa yang dia berikan kepadaku. Aku hanya bias bersyukur dengan semuanya dan dalam semuanya.
Dalam hidup tak pernah teryakini aka nada sela2 yang menghantui namun begitu indah. Aku menyukainya dengan cara dia membagikan sebuah mimpi dengan kenyataan, hampir tak pernah terlewatkan waktu untuk tak bermimpi. Karena dia aku tau arti dunia karena dia aku tau apa gunanya diriku, dan karena dia aku tau bagaimana aku mencintai Tuhan yang maha karya dengan semunya. Karena ia adalah kehidupan pencerahan, aku tak pernah berfikir buruk tentang apapun. Sangat indah dan aku tak pernah mau merelakan sedikitpun waktuku hilang bersama yang lain.
Senyumannya yang memancarkan sinar dalam kegelapan, cintanya yang membuat aku merasakan hidup dalam kedamaian dan alunan nada bicaranya yang selalu membaut mimpi dan semua inpian menjadi nyata dan mudah untuk aku jalankan. Hidupku begitu mudah begitu berarti begitu sangat yakin. Walau aku tau kesempurnaan hanya milik Tuhan tapi bersamanya hidupku nyaris sempurna, sesempuran jelamaan sang penguat dalam kenyataan.
Aku terlalu memujanya itu mungkin, karena semua yang aku cari ada pada dia bahkan terwujud dengan sendirinya dengan sangat rapih, hampir tak pernah percaya semudah membalikan telapak tangan.
Aku sempat merasa kesepain yang mendalam ketika aku tau dia tak bersamaku, rasanya mimpi2 yang sedah ada kembali lenyap. Aku harus terima kalau dia tak ada bersamaku lagi, karena tak selamanya kami akan bersama. Seandainya aku punya sayap dalam setiap langkah aku ingin selalu menemaninya sampai kahirnya aku akan lewatkan setiap waktu hanya bersama dia dan dia.
Aku merasakan keabadian yang sangat sepi ketika ku tau dia meninggalkan kehidupanku, meninggalkan langkah2 yang telah terbuat begitu indah meniangalkan semua kenangan yang indah bersamaku bersamanya dan bersama manisnya cinta. Sekarang aku meralakan dia jauh dariku dengan alasan yang mungkin sanagta sederhana. Tapi buatku alasan itu sangat berat karena terlalu pedih bila harus dirasakan kesendirian yang telah dibuatnya.
Aku sadar dia bukan milikku dia hanya sesosok yang mungkin melangkah satu langkah bersamaku, dan yang sebenarnya dia punya kehidupannya sendiri, walaupun begitu tak merubah hubungan cinta kamu yang manis. Hanya keadaan yang barubah, ya karena aku tak bersama dia. Sepi setiap aku mengingat kebersamaan, sunyi ketika aku merasakan tak ada suara dia. Harus kuterima walau pahit berpisah dengan dia. Sampai akhirnya terbiasa dengan keadaan itu.
Kehidupan yang dia jalani sekarang bertujuan untuk masa depan kami karena perencanaan dia. Ku percaya dengan kata2nya karena dia tak mungkin mengatakan tanpa dia pikirkan. Sampai akhirnya aku mau melanjutka hidup bersama dia kelak.
Sangat singkat cerita, aku tak pernah berpikir perpisahan ini adalah awal dari perpisahan sebanrnya, mungkin tak terpikirkan oleh kanak2 yang hanya percaya semuanya sangat indah. Sampai akhirnya aku harus bersikap dewasa dengan diriku.
Betapa aku menjadi buta ketika aku tau dia sudah tak ada untuk selamanya. Aku bagai oarng yang kehilangan segalanya. Aku kehilangan semua nafas yang tersisa ingin aku mengatakan sesuatu tapi aku tak bias terhalang dengan kekuatan yang lenyap dalam semua kehidupan. Tersayat sakit dan sangat sakit meronta serentak barteriak “aku tak mau kehilanganmu” hanya itu yang bias aku katakkan.
Sekarang hanya ada kenangan yang harus aku pendam dan sangat berat. Dan hanya ada semnyuman manis yang membayangi kehidupan yang telah lalu. Yang telah terbiasa dengan indah.
Kehilangan dia separti kehilangan semuanya, kini aku bagai mayat hidup yang hanya hidup dan tak pernah berarti, entah sampai kapan aku harus sepeti ini, entah sampai kapan aku akan merasakan semuanya lenyap. Dan entah apa yang akan terjadi dengan kehidupanku kelak karena aku tak mungkin menerima siapapun dalam hati aku. Tak juga dia tak juga aku. Karena dia telah memberikan semuanya dan karena dia telah menyimpan dengan sangat dalam semuanya.
Aku meridukan dia dengan sangat aku meridukan. Dalam kehilanganku aku berdoa semoga apa yang selama ini terjadi menjadi anugrah terindah walau berakibat luka parah yang tak mungkin sembuh dan terobati oleh apapun. Karena dia aku bahagia, karena dia aku merasakan impian menjadi nyata, karena dia aku tek pernah menuntut kehidupan yang indah karena yang dia berikan sangat indah, dan karena dia luka ini tak akan pernah menjadi sembuh. Semuanya karena dia. Karena dia adalah cintaku. Aku merindukanmu dalam setiap detak jantungku. Kan ku simpan cerita indah itu dalam hati aku yang terdalam hingga akhirnya tak ditemukan jarum dilautan.
Teriaku merindukan kamu….. karena kamu…. Aku sangat mencintaimu….
Dalam hidup tak pernah teryakini aka nada sela2 yang menghantui namun begitu indah. Aku menyukainya dengan cara dia membagikan sebuah mimpi dengan kenyataan, hampir tak pernah terlewatkan waktu untuk tak bermimpi. Karena dia aku tau arti dunia karena dia aku tau apa gunanya diriku, dan karena dia aku tau bagaimana aku mencintai Tuhan yang maha karya dengan semunya. Karena ia adalah kehidupan pencerahan, aku tak pernah berfikir buruk tentang apapun. Sangat indah dan aku tak pernah mau merelakan sedikitpun waktuku hilang bersama yang lain.
Senyumannya yang memancarkan sinar dalam kegelapan, cintanya yang membuat aku merasakan hidup dalam kedamaian dan alunan nada bicaranya yang selalu membaut mimpi dan semua inpian menjadi nyata dan mudah untuk aku jalankan. Hidupku begitu mudah begitu berarti begitu sangat yakin. Walau aku tau kesempurnaan hanya milik Tuhan tapi bersamanya hidupku nyaris sempurna, sesempuran jelamaan sang penguat dalam kenyataan.
Aku terlalu memujanya itu mungkin, karena semua yang aku cari ada pada dia bahkan terwujud dengan sendirinya dengan sangat rapih, hampir tak pernah percaya semudah membalikan telapak tangan.
Aku sempat merasa kesepain yang mendalam ketika aku tau dia tak bersamaku, rasanya mimpi2 yang sedah ada kembali lenyap. Aku harus terima kalau dia tak ada bersamaku lagi, karena tak selamanya kami akan bersama. Seandainya aku punya sayap dalam setiap langkah aku ingin selalu menemaninya sampai kahirnya aku akan lewatkan setiap waktu hanya bersama dia dan dia.
Aku merasakan keabadian yang sangat sepi ketika ku tau dia meninggalkan kehidupanku, meninggalkan langkah2 yang telah terbuat begitu indah meniangalkan semua kenangan yang indah bersamaku bersamanya dan bersama manisnya cinta. Sekarang aku meralakan dia jauh dariku dengan alasan yang mungkin sanagta sederhana. Tapi buatku alasan itu sangat berat karena terlalu pedih bila harus dirasakan kesendirian yang telah dibuatnya.
Aku sadar dia bukan milikku dia hanya sesosok yang mungkin melangkah satu langkah bersamaku, dan yang sebenarnya dia punya kehidupannya sendiri, walaupun begitu tak merubah hubungan cinta kamu yang manis. Hanya keadaan yang barubah, ya karena aku tak bersama dia. Sepi setiap aku mengingat kebersamaan, sunyi ketika aku merasakan tak ada suara dia. Harus kuterima walau pahit berpisah dengan dia. Sampai akhirnya terbiasa dengan keadaan itu.
Kehidupan yang dia jalani sekarang bertujuan untuk masa depan kami karena perencanaan dia. Ku percaya dengan kata2nya karena dia tak mungkin mengatakan tanpa dia pikirkan. Sampai akhirnya aku mau melanjutka hidup bersama dia kelak.
Sangat singkat cerita, aku tak pernah berpikir perpisahan ini adalah awal dari perpisahan sebanrnya, mungkin tak terpikirkan oleh kanak2 yang hanya percaya semuanya sangat indah. Sampai akhirnya aku harus bersikap dewasa dengan diriku.
Betapa aku menjadi buta ketika aku tau dia sudah tak ada untuk selamanya. Aku bagai oarng yang kehilangan segalanya. Aku kehilangan semua nafas yang tersisa ingin aku mengatakan sesuatu tapi aku tak bias terhalang dengan kekuatan yang lenyap dalam semua kehidupan. Tersayat sakit dan sangat sakit meronta serentak barteriak “aku tak mau kehilanganmu” hanya itu yang bias aku katakkan.
Sekarang hanya ada kenangan yang harus aku pendam dan sangat berat. Dan hanya ada semnyuman manis yang membayangi kehidupan yang telah lalu. Yang telah terbiasa dengan indah.
Kehilangan dia separti kehilangan semuanya, kini aku bagai mayat hidup yang hanya hidup dan tak pernah berarti, entah sampai kapan aku harus sepeti ini, entah sampai kapan aku akan merasakan semuanya lenyap. Dan entah apa yang akan terjadi dengan kehidupanku kelak karena aku tak mungkin menerima siapapun dalam hati aku. Tak juga dia tak juga aku. Karena dia telah memberikan semuanya dan karena dia telah menyimpan dengan sangat dalam semuanya.
Aku meridukan dia dengan sangat aku meridukan. Dalam kehilanganku aku berdoa semoga apa yang selama ini terjadi menjadi anugrah terindah walau berakibat luka parah yang tak mungkin sembuh dan terobati oleh apapun. Karena dia aku bahagia, karena dia aku merasakan impian menjadi nyata, karena dia aku tek pernah menuntut kehidupan yang indah karena yang dia berikan sangat indah, dan karena dia luka ini tak akan pernah menjadi sembuh. Semuanya karena dia. Karena dia adalah cintaku. Aku merindukanmu dalam setiap detak jantungku. Kan ku simpan cerita indah itu dalam hati aku yang terdalam hingga akhirnya tak ditemukan jarum dilautan.
Teriaku merindukan kamu….. karena kamu…. Aku sangat mencintaimu….
14/03/10
WAKTU
Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.
Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.
Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.
Dari Gibran
"...pabila cinta memanggilmu... ikutilah dia
walau jalannya berliku-liku... Dan, pabila
sayapnya merangkummu... pasrahlah serta
menyerah, walau pedang tersembunyi di
sela sayap itu melukaimu..." (Kahlil Gibran)
"Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia
akan melihat sekitarnya dan akan melihat
sahabat-sahabatnya datang dan
menghiburnya... Akan tetapi apabila hati
manusia kehilangan kedamaiannya,
dimanakah dia akan menemukannya,
bagaimanakah dia akan bisa
memperolehnya kembali?" (Kahlil Gibran)
"...kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku
tidak membuangnya sampai aku
mendengar suara cinta memanggilku dan
melihat jiwaku siap untuk berpetualang"
(Kahlil Gibran)
"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak
kita ketahui. Mereka dipisahkan karena
alasan duniawi dan dipisahkan di ujung
bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan
cinta... terus hidup... sampai kematian
datang dan menyeret mereka kepada
Tuhan..." (Kahlil Gibran)
"Jangan menangis, Kekasihku... Janganlah
menangis dan berbahagialah, karena kita
diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan
cinta yang indah... kita dapat bertahan
terhadap derita kemiskinan, pahitnya
kesedihan, dan duka perpisahan" (Kahlil
Gibran)
"Aku ingin mencintaimu dengan
sederhana... seperti kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu... Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana... seperti
isyarat yang tak sempat dikirimkan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada..."
(Kahlil Gibran)
"Jika cinta tidak dapat mengembalikan
engkau kepadaku dalam kehidupan ini...
pastilah cinta akan menyatukan kita dalam
kehidupan yang akan datang" (Kahlil
Gibran)
"Setetes airmata menyatukanku dengan
mereka yang patah hati; seulas senyum
menjadi sebuah tanda kebahagiaanku
dalam keberadaan... Aku merasa lebih baik
jika aku mati dalam hasrat dan
kerinduan... ketimbang jika aku hidup
menjemukan dan putus asa" (Kahlil Gibran)
"Apa yang telah kucintai laksana seorang
anak kini tak henti-hentinya aku
mencintai... Dan, apa yang kucintai kini...
akan kucintai sampai akhir hidupku, karena
cinta ialah semua yang dapat kucapai...
dan tak ada yang akan mencabut diriku
dari padanya" (Kahlil Gibran)
"Kemarin aku sendirian di dunia ini,
kekasih; dan kesendirianku... sebengis
kematian... Kemarin diriku adalah sepatah
kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran
malam. Hari ini... aku menjelma menjadi
sebuah nyanyian menyenangkan di atas
lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam
semenit dari sang waktu yang melahirkan
sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah
desakan dan... sekecup ciuman" (Kahlil
Gibran)
"Kemarilah, kekasihku. Kemarilah Layla,
dan jangan tinggalkan aku. Kehidupan
lebih lemah daripada kematian, tetapi
kematian lebih lemah daripada cinta...
Engkau telah membebaskanku, Layla, dari
siksaan gelak tawa dan pahitnya anggur
itu. Izinkan aku mencium tanganmu,
tangan yang telah memutuskan rantai-
rantaiku. Ciumlah bibirku, ciumlah bibir
yang telah mencoba untuk membohongi
dan yang telah menyelimuti rahasia-rahasia
hatiku. Tutuplah mataku yang meredup ini
dengan jari-jemarimu yang berlumuran
darah. Ketika jiwaku melayang ke angkasa,
taruhlah pisau itu di tangan kananku dan
katakan pada mereka bahwa aku telah
bunuh diri karena putus asa dan cemburu.
Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan
yang lain, aku berpikir bahwa tadi lebih
baik bagiku untuk mengorbankan hatiku,
kebahagiaanku, kehidupanku daripada
melarikan diri bersamamu pada malam
pernikahanmu. Ciumlah aku, kekasih
jiwaku... sebelum orang-orang melihat
tubuhku... Ciumlah aku... ciumlah, Layla..."
walau jalannya berliku-liku... Dan, pabila
sayapnya merangkummu... pasrahlah serta
menyerah, walau pedang tersembunyi di
sela sayap itu melukaimu..." (Kahlil Gibran)
"Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia
akan melihat sekitarnya dan akan melihat
sahabat-sahabatnya datang dan
menghiburnya... Akan tetapi apabila hati
manusia kehilangan kedamaiannya,
dimanakah dia akan menemukannya,
bagaimanakah dia akan bisa
memperolehnya kembali?" (Kahlil Gibran)
"...kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku
tidak membuangnya sampai aku
mendengar suara cinta memanggilku dan
melihat jiwaku siap untuk berpetualang"
(Kahlil Gibran)
"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak
kita ketahui. Mereka dipisahkan karena
alasan duniawi dan dipisahkan di ujung
bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan
cinta... terus hidup... sampai kematian
datang dan menyeret mereka kepada
Tuhan..." (Kahlil Gibran)
"Jangan menangis, Kekasihku... Janganlah
menangis dan berbahagialah, karena kita
diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan
cinta yang indah... kita dapat bertahan
terhadap derita kemiskinan, pahitnya
kesedihan, dan duka perpisahan" (Kahlil
Gibran)
"Aku ingin mencintaimu dengan
sederhana... seperti kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu... Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana... seperti
isyarat yang tak sempat dikirimkan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada..."
(Kahlil Gibran)
"Jika cinta tidak dapat mengembalikan
engkau kepadaku dalam kehidupan ini...
pastilah cinta akan menyatukan kita dalam
kehidupan yang akan datang" (Kahlil
Gibran)
"Setetes airmata menyatukanku dengan
mereka yang patah hati; seulas senyum
menjadi sebuah tanda kebahagiaanku
dalam keberadaan... Aku merasa lebih baik
jika aku mati dalam hasrat dan
kerinduan... ketimbang jika aku hidup
menjemukan dan putus asa" (Kahlil Gibran)
"Apa yang telah kucintai laksana seorang
anak kini tak henti-hentinya aku
mencintai... Dan, apa yang kucintai kini...
akan kucintai sampai akhir hidupku, karena
cinta ialah semua yang dapat kucapai...
dan tak ada yang akan mencabut diriku
dari padanya" (Kahlil Gibran)
"Kemarin aku sendirian di dunia ini,
kekasih; dan kesendirianku... sebengis
kematian... Kemarin diriku adalah sepatah
kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran
malam. Hari ini... aku menjelma menjadi
sebuah nyanyian menyenangkan di atas
lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam
semenit dari sang waktu yang melahirkan
sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah
desakan dan... sekecup ciuman" (Kahlil
Gibran)
"Kemarilah, kekasihku. Kemarilah Layla,
dan jangan tinggalkan aku. Kehidupan
lebih lemah daripada kematian, tetapi
kematian lebih lemah daripada cinta...
Engkau telah membebaskanku, Layla, dari
siksaan gelak tawa dan pahitnya anggur
itu. Izinkan aku mencium tanganmu,
tangan yang telah memutuskan rantai-
rantaiku. Ciumlah bibirku, ciumlah bibir
yang telah mencoba untuk membohongi
dan yang telah menyelimuti rahasia-rahasia
hatiku. Tutuplah mataku yang meredup ini
dengan jari-jemarimu yang berlumuran
darah. Ketika jiwaku melayang ke angkasa,
taruhlah pisau itu di tangan kananku dan
katakan pada mereka bahwa aku telah
bunuh diri karena putus asa dan cemburu.
Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan
yang lain, aku berpikir bahwa tadi lebih
baik bagiku untuk mengorbankan hatiku,
kebahagiaanku, kehidupanku daripada
melarikan diri bersamamu pada malam
pernikahanmu. Ciumlah aku, kekasih
jiwaku... sebelum orang-orang melihat
tubuhku... Ciumlah aku... ciumlah, Layla..."
Cinta : sebuah karya dari khalil gibran
kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat
ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.
Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.
Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”
Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.
Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.
Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
mebuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.
Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.
kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat
ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.
Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.
Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”
Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.
Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.
Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
mebuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.
Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.
kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari
Biografi Kahlil Gibran (1883-1931)
Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di Beshari, Lebanon. Beshari sendiri merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang nantinya banyak mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam.
Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Amerika Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Bairut, di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of Wisdom) sejak tahun 1898 sampai 1901.
Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan Ottoman, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.
Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.
Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, "Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York, yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang meyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronite. Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.
Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga mengambil alih pembiayaan keluarganya.
Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.
Sebelum tahun 1912 "Broken Wings" telah diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.
Pengaruh "Broken Wings" terasa sangat besar di dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya wanita-wanita Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam perkawinan. Cetakan pertama "Broken Wings" ini dipersembahkan untuk Mary Haskell.
Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems". Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang Nabi" pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya "Sang Nabi", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca "Sang Nabi". Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada tahun 1931. Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan TBC, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.
Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.
Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di mana Gibran pernah melakukan ibadah.
Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, "Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku."
Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Amerika Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Bairut, di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of Wisdom) sejak tahun 1898 sampai 1901.
Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan Ottoman, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.
Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.
Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, "Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York, yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang meyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronite. Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.
Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga mengambil alih pembiayaan keluarganya.
Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.
Sebelum tahun 1912 "Broken Wings" telah diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.
Pengaruh "Broken Wings" terasa sangat besar di dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya wanita-wanita Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam perkawinan. Cetakan pertama "Broken Wings" ini dipersembahkan untuk Mary Haskell.
Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems". Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang Nabi" pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya "Sang Nabi", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca "Sang Nabi". Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada tahun 1931. Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan TBC, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.
Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.
Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di mana Gibran pernah melakukan ibadah.
Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, "Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku."
15/01/10
mungkin
Tak bisa
Aku adalah manusia yang terlahir dengan segala yang ada dan keadaan yang ada. Tak akan getir ketika kau akn menghalami sebuah kejadia dimana aku akan tuntut semuanya dengan kerja kerasku. Bahkan dengan semua yang tak pernah kubayangkan sekalipun.
Aku tak pernah berfikir apa yang kan terjadi padaku setelah aku dewasa, masa kanak2ku sangat menyenangkan bahkan hamper sama seperti anak2 lain. Tumuh dalam kelaurga yang sangat bahagia sampai aku dewassa sekarang ini.
Aku sekarang sudah 20 tahun. Waktu yang sangat lama untuk orangtuaku mendidikku sampai sedewasa ini yak arena ku tau orantua ku sangat menyayangiku dengan sekemampuan mereka.
Disisi lain aku punya malalah yang kadang aku anggap tak pernah berarti, namun sampai sekarang ternyata sangat mengganggu. Ya malalah kejiwaan dan pemenuhan kejiwaan itu sendiri.
Awalnya mungkin biassa saja, tapi aku sadar sekarang menjadi tak biasa karena aku tau aku sangat membutuhkan bahkan hanya untuk bercerita, yak arena aku terlalu sendiri untuk kesendirian, bahkan rasa itu menjasdi mati ya kkarena kau terlalu takut. Aku takut saat semua orang tau mereka akan menjauhiku bahkan mengucilkanku.
Ya menjauhiku, mungkin aku akan tetep sendiri sampai kesendirianku menjadi terbiasa karena terlalu biassa dan menjadi kebiassaan.
Ku belajar untuk memahami sikap2 orang2 yang dekat denganku aku juga tetep bersyukur dengan semua yang ada bahkan semua yang terlahir. Tapi keadaan yang seperti tak berpihak kepadaku. Ataukah aku yeng terlalu memperburuk keadaan aku juga tak pernah ngerti.
Kuisi hari2 ku yang penuh keceriaan ne dengan sebauah doa semoga mereka bahagia, ya kerena kebahagiaan buatku sangat mahal. Bahkan keceriaan ku diluar seperti sebuah janji yang tak mungkin dikatakan ya sebuah dilemma yang tak berakhir hanya dengan menutupi yang ada.
Hidupku bermassalah aku bermasalah dengan semuanya. Bahkan dengan semua yang ada akupun bermasalah. Aku barmassalah dengan kata, bahkan bermasalah dengan tubuh mungilkau yang setiap hari mememani jiwa sunyiku. Hanya dia yang menjaddi pelampiasan semuanya. Kadang sempat berfikir mungkin aku berdosa karena telah menyianyiakan apa yang tuhan kasih buat aku.
Apa hukuman buat aku yang tak ;pernah mensyukuri kenikamatan ini. Ya kenikmatan aku berkarya hanya untukku sendiri, kenikmatan aku berinsfirasi walau hanya aku yang menikmati bahkan kenikmatan aku sendiri karena tak ada satu orangpun yang mengerti tentangku.
Ketika ku menghela nafas panjang diantara ratusan beban ku berfikir apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Diantara seribu harapan orangttuaku tan sejuta beban yang selalu membuatku merasa tak pernah yakin.
Ingin ku menemukan jawaban, tapi tak bisa karena aku tak pernah membaranikan diri untuk mencarinya. Apa yang bisa aku lakuakan selain mengeluh pada diri ini? Tak pernah ada bahkan mungkin selamanya tak akan ada.
Tapi aku yakin tuhan tau semuanya. Tuhan sangat menyayangiku dan aku berjanji aku akan menjadi apa yang terbaik buat diriku tanpa ada yang pernah menyangka kalau aku sendiri. Dengan segala kemapuan aku akan tetep tegar, dengan segala jerih payanh aku akan tetep bisa tersenyum bahkan aku akan membahagiakan semua orang yang berarti dalam hidup aku aku tak mau memnuntut apapun dari mereka. Aku akan tanggung apa yang tersirat dalam kenyataan dan apa yang tak pernah dikatakan tangan takdir.
Aku senang bahkan dengan sejuta kepenatan, sejuta beban dan sejuta kesendirian. Aku akan bahagia dengan obat2 yang membuatku merasa yakin aku ada, bahagia dengan semua penyakit yang tiap saat menyerangku dan membuat aku merasa sangat lemah dan sangat tak berdaya. Bahkan dengan sejuta kenyataan bahwa aku tak punya apa2 aku yang selalu bersembunyi dibalik senyuman dan dibalik keceriaan dan semua yang indah yang tak bisa dilukiskan oleh apapun yang berarti.
Aku adalah aku, aku adalah cintanya orangtua. Aku akan wujudin semuanya dan dalam semuanya. Bahkan ketika aku sendiri dan menyendiri. Aku sayang kalian, bila aku pergi jangn lupakan aku. Jangan menyingkirkan aku dari ingatan kalian dan jangan menangis.
Aku adalah manusia yang terlahir dengan segala yang ada dan keadaan yang ada. Tak akan getir ketika kau akn menghalami sebuah kejadia dimana aku akan tuntut semuanya dengan kerja kerasku. Bahkan dengan semua yang tak pernah kubayangkan sekalipun.
Aku tak pernah berfikir apa yang kan terjadi padaku setelah aku dewasa, masa kanak2ku sangat menyenangkan bahkan hamper sama seperti anak2 lain. Tumuh dalam kelaurga yang sangat bahagia sampai aku dewassa sekarang ini.
Aku sekarang sudah 20 tahun. Waktu yang sangat lama untuk orangtuaku mendidikku sampai sedewasa ini yak arena ku tau orantua ku sangat menyayangiku dengan sekemampuan mereka.
Disisi lain aku punya malalah yang kadang aku anggap tak pernah berarti, namun sampai sekarang ternyata sangat mengganggu. Ya malalah kejiwaan dan pemenuhan kejiwaan itu sendiri.
Awalnya mungkin biassa saja, tapi aku sadar sekarang menjadi tak biasa karena aku tau aku sangat membutuhkan bahkan hanya untuk bercerita, yak arena aku terlalu sendiri untuk kesendirian, bahkan rasa itu menjasdi mati ya kkarena kau terlalu takut. Aku takut saat semua orang tau mereka akan menjauhiku bahkan mengucilkanku.
Ya menjauhiku, mungkin aku akan tetep sendiri sampai kesendirianku menjadi terbiasa karena terlalu biassa dan menjadi kebiassaan.
Ku belajar untuk memahami sikap2 orang2 yang dekat denganku aku juga tetep bersyukur dengan semua yang ada bahkan semua yang terlahir. Tapi keadaan yang seperti tak berpihak kepadaku. Ataukah aku yeng terlalu memperburuk keadaan aku juga tak pernah ngerti.
Kuisi hari2 ku yang penuh keceriaan ne dengan sebauah doa semoga mereka bahagia, ya kerena kebahagiaan buatku sangat mahal. Bahkan keceriaan ku diluar seperti sebuah janji yang tak mungkin dikatakan ya sebuah dilemma yang tak berakhir hanya dengan menutupi yang ada.
Hidupku bermassalah aku bermasalah dengan semuanya. Bahkan dengan semua yang ada akupun bermasalah. Aku barmassalah dengan kata, bahkan bermasalah dengan tubuh mungilkau yang setiap hari mememani jiwa sunyiku. Hanya dia yang menjaddi pelampiasan semuanya. Kadang sempat berfikir mungkin aku berdosa karena telah menyianyiakan apa yang tuhan kasih buat aku.
Apa hukuman buat aku yang tak ;pernah mensyukuri kenikamatan ini. Ya kenikmatan aku berkarya hanya untukku sendiri, kenikmatan aku berinsfirasi walau hanya aku yang menikmati bahkan kenikmatan aku sendiri karena tak ada satu orangpun yang mengerti tentangku.
Ketika ku menghela nafas panjang diantara ratusan beban ku berfikir apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Diantara seribu harapan orangttuaku tan sejuta beban yang selalu membuatku merasa tak pernah yakin.
Ingin ku menemukan jawaban, tapi tak bisa karena aku tak pernah membaranikan diri untuk mencarinya. Apa yang bisa aku lakuakan selain mengeluh pada diri ini? Tak pernah ada bahkan mungkin selamanya tak akan ada.
Tapi aku yakin tuhan tau semuanya. Tuhan sangat menyayangiku dan aku berjanji aku akan menjadi apa yang terbaik buat diriku tanpa ada yang pernah menyangka kalau aku sendiri. Dengan segala kemapuan aku akan tetep tegar, dengan segala jerih payanh aku akan tetep bisa tersenyum bahkan aku akan membahagiakan semua orang yang berarti dalam hidup aku aku tak mau memnuntut apapun dari mereka. Aku akan tanggung apa yang tersirat dalam kenyataan dan apa yang tak pernah dikatakan tangan takdir.
Aku senang bahkan dengan sejuta kepenatan, sejuta beban dan sejuta kesendirian. Aku akan bahagia dengan obat2 yang membuatku merasa yakin aku ada, bahagia dengan semua penyakit yang tiap saat menyerangku dan membuat aku merasa sangat lemah dan sangat tak berdaya. Bahkan dengan sejuta kenyataan bahwa aku tak punya apa2 aku yang selalu bersembunyi dibalik senyuman dan dibalik keceriaan dan semua yang indah yang tak bisa dilukiskan oleh apapun yang berarti.
Aku adalah aku, aku adalah cintanya orangtua. Aku akan wujudin semuanya dan dalam semuanya. Bahkan ketika aku sendiri dan menyendiri. Aku sayang kalian, bila aku pergi jangn lupakan aku. Jangan menyingkirkan aku dari ingatan kalian dan jangan menangis.
05/01/10
3 bulan berikutnya
3bulan berikutnya.
Ada kata yang mungkin takkan terucap bukan salah siapa ataupun menyalahkan siapa?
Namun yang terjadi hanya sekedar rasa yang menunjukan siapa yang kan menjadi bukan seperti kupu2 yang berubah menjadi kepompong ataupun sebaliknya, tapi hanya naluri sang penguji berkata apa yang kan terjadi selama 3 bulan?
Terkadang sebuah cinta menunjukan ada perasaan luka, tapi tak selayaknya aku memperlakukan temu yang tak hadir tiba2 ada. Aneh tapi sengguh menjadi tanggungan besar bukan buat jiwa ataupun hati namun mungkin terkadang mengganggu jiwa.
Aku hanya ingin melakukan apa yang harus dilakukan bukan apa yang wajib dilakukan. Bahkan aku akan merasakan sebauah maya yang bekepanjangan yang menggantung dalam imajinasi. Mungkin ku kan katakana terserah apaupun aku akan katakan aku mau.
Tergambar apa yang terjadi, ya sebuah ketakutan apakah? Ataukah?
Tak mau egois aku tak berharap siapa yang menunjukan tapi mungkin aku akan tunjukan sendiri apakah aku masih mau atukah aku tak akan mampu.
Tanya akan siapa yang tak pernah merasa jawabannya tetap aku, bukan mau menutp diri ataupun menutup semua kebijakan tapi Cuma ingin mengatakan sebuah keadaan yang mungkin menjadi nyata. Aku akan menderita selama 3 bulan.
Aku terima bukan karena aku mau ataupun aku mampu namun tak ada pilihan yang membuatku merasa lebih yakin. Aku tak pernah merasa takut ataupun merasa tak adil, namun tangan takdir mengatakan apa yang harus dituliskan, namun aku akan hadapi. Ya setidaknya dengan sebuah keyakinan bahwa aku bisa.
Emmm ingin kurasakan angin segar, untuk menjadikan aku masih punya keadaan yang sama seperti sebelumnya. Takut tak akan merubah semuanya.
Aku kan berjanji pada siapa? Semuanya tak penting yang terpentinng adalah aku kan menyelam sampai kedasar rasa sakit yang tak kurasakan sebelunya.
3bulan berikutanya aku kan tunggu bahkan dengan sesak ku kan sambut, aku menunggu setiap aliran panas darah yang menjadi egois bahkan menjadikan aku tak mampu berkata apapun.
Sejujurnya aku akan melihat siapa? Aku akan katakana pada siapa? Aku akan katakana pada hati sendiri seperti bunga mawar yang berduri tetap indah dan layak diungkap sebagai tanda sayang atau cinta.
Jari2 ini mungkin kan mengatakan hal yang sama bila dia mampu. Aku merindukannya meridukan setiap keadaan yang akan menjadi baik yang menjadi sempurna. Bukankah ini yang aku inginkan tanggungan nadi ini kan berjanji akan mengatakan apapun yang baik.
Walau dalam nadi tak sepeti dikatakan angin dilautan. Berhembus dan berarah.
Hai kan kukatakan pada keindahan karena aku merindukannya bahkan aku menginginkanya. Aku egois aku tak mengenalnya. Aku akan mendeskriminasikan semuanya dalam lagu jiwa yang kan menemaniku sampai aku kembali ke 3 bulan berikutnya. Ya setipa 3 bulan aku akan mengingat mungkin. Ataukah aku akan melupakannya.
Ada kata yang mungkin takkan terucap bukan salah siapa ataupun menyalahkan siapa?
Namun yang terjadi hanya sekedar rasa yang menunjukan siapa yang kan menjadi bukan seperti kupu2 yang berubah menjadi kepompong ataupun sebaliknya, tapi hanya naluri sang penguji berkata apa yang kan terjadi selama 3 bulan?
Terkadang sebuah cinta menunjukan ada perasaan luka, tapi tak selayaknya aku memperlakukan temu yang tak hadir tiba2 ada. Aneh tapi sengguh menjadi tanggungan besar bukan buat jiwa ataupun hati namun mungkin terkadang mengganggu jiwa.
Aku hanya ingin melakukan apa yang harus dilakukan bukan apa yang wajib dilakukan. Bahkan aku akan merasakan sebauah maya yang bekepanjangan yang menggantung dalam imajinasi. Mungkin ku kan katakana terserah apaupun aku akan katakan aku mau.
Tergambar apa yang terjadi, ya sebuah ketakutan apakah? Ataukah?
Tak mau egois aku tak berharap siapa yang menunjukan tapi mungkin aku akan tunjukan sendiri apakah aku masih mau atukah aku tak akan mampu.
Tanya akan siapa yang tak pernah merasa jawabannya tetap aku, bukan mau menutp diri ataupun menutup semua kebijakan tapi Cuma ingin mengatakan sebuah keadaan yang mungkin menjadi nyata. Aku akan menderita selama 3 bulan.
Aku terima bukan karena aku mau ataupun aku mampu namun tak ada pilihan yang membuatku merasa lebih yakin. Aku tak pernah merasa takut ataupun merasa tak adil, namun tangan takdir mengatakan apa yang harus dituliskan, namun aku akan hadapi. Ya setidaknya dengan sebuah keyakinan bahwa aku bisa.
Emmm ingin kurasakan angin segar, untuk menjadikan aku masih punya keadaan yang sama seperti sebelumnya. Takut tak akan merubah semuanya.
Aku kan berjanji pada siapa? Semuanya tak penting yang terpentinng adalah aku kan menyelam sampai kedasar rasa sakit yang tak kurasakan sebelunya.
3bulan berikutanya aku kan tunggu bahkan dengan sesak ku kan sambut, aku menunggu setiap aliran panas darah yang menjadi egois bahkan menjadikan aku tak mampu berkata apapun.
Sejujurnya aku akan melihat siapa? Aku akan katakana pada siapa? Aku akan katakana pada hati sendiri seperti bunga mawar yang berduri tetap indah dan layak diungkap sebagai tanda sayang atau cinta.
Jari2 ini mungkin kan mengatakan hal yang sama bila dia mampu. Aku merindukannya meridukan setiap keadaan yang akan menjadi baik yang menjadi sempurna. Bukankah ini yang aku inginkan tanggungan nadi ini kan berjanji akan mengatakan apapun yang baik.
Walau dalam nadi tak sepeti dikatakan angin dilautan. Berhembus dan berarah.
Hai kan kukatakan pada keindahan karena aku merindukannya bahkan aku menginginkanya. Aku egois aku tak mengenalnya. Aku akan mendeskriminasikan semuanya dalam lagu jiwa yang kan menemaniku sampai aku kembali ke 3 bulan berikutnya. Ya setipa 3 bulan aku akan mengingat mungkin. Ataukah aku akan melupakannya.
Langganan:
Postingan (Atom)