Manusia diciptakan dengan keajaibannya masing-masing. Manusia bisa dibilang mempunyai banyak kemungkinan hidup. Seperti aku, aku yang mempunyai banyak cerita, banyak kisah dan banyak pengalaman. Tapi disini aku tak akan menceritakan pengalaman itu. Aku hanya menceritakan keajaiban yang membuat aku seharusnya membuka mata lebih lebar.
Aku Mengenal dia, 2 tahun yang lalu di awal bulan Maret. Entah itu kebetulan ataukah itu sebuah takdir yang mengikat hati hingga saat ini. Dia seseorang yang sederhana, penuh dengan keceriaan. Bahkan senyumnya membuat mata ini tak ingin berkedip.
Banyak godaan yang terjadi, beberapa kali aku membuatnya menangis, membuatnya kecewa dan bahkan mungkin menghilangkan harapa-harapan yang telah dia rencanakan. Tapi itulah aku, aku dengan keegoisan dan merasa sangat perkasa menghalalkan segala cara hingga lupa disudut sana ada seseorang yang terluka karena sikapku.
Pilihan terakhir aku memutuskan untuk meninggalkan dia. Pergi jauh dengan harapan - harapan baru. Hingga akhirnya aku menemukan titik buntu. Aku bingung untuk kembali ke jalan yang dulu. Tak bisa berfikir apa yang harus aku lakukan di hari depan. Sungguh itu saat - saat dimana aku terpaku dengan sejuta kesalahan. Terdiam dalam malam bahkan hati ini tak mampu pengeluarkan kekesalannya karena diselimuti oleh jutaan kesalahan.
Tak mungkin aku menarik ulur masa laluku dan kembali seperti dulu. Karena ku tau dia akan menertawakan kebodohanku. Saat ini aku begitu datar, hampir tak bisa memandang dan mengerti. Hatiku terlalu hancur, terlalu kecewa dan terlanjur salah. Aku menyadari semua telah terjadi.
Dari hati yang paling dalam aku meminta maaf. Maaf karena aku telak melukaimu, maaf karena aku telak membuatmu merasakan kehilangan yang teramat. Dalam sayup-sayup doa tengah malam ku selipkan namau untuk kebahagiaanmu. Aku doakan semoga kau bisa menjalani hidup yang lebih baik tanpa aku. Terimakasih untuk semua yang membuatku bahagia bisa memilikimu. Terimakasih untuk semua yang kau berikan kepadaku. Biarlah dosa ini menjadi pilihan yang membawa beban sepanjang hidupku.
Dalam mimpi ku dengarkan namamu, ku dengarkan kebahagiaanmu. Namun itu cume mimpi, dan aku tak berharap sedikitpun semua akan baik-baik saja. Karena aku telah kehilanganmu. Karena aku telah menjadi pendosa atas cintamu yang tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar